Adong ma sahalak doli doli naeng parmeammeamhon donganna, antar jotjot do ibana rupani marmeam meam laho mangkarejoi donganna sahuta. Di nasahali " Mangangguk ma ibana : Tolong , tolong huta, ro babiat nanaeng mamolgak ahu, ninna huhut marsoara na gogo manang marpiga piga hali . Sude ma na sahuta umbegesa jala marlojongi masiboan podang na be laho mangurupi, hape dung ro angka donganna sahutai , diberang ma doli doli i , margakargak ( mengkelengkel ) sonang rohana ala boi di paoto-oto jala di parmeam meam na sahutai . Manang na piga minggu nai di ulahi ibana ma muse , mandok Tolong. Tolong Huta bereng hamu au nga naeng di parsurage Babiat on ahu Hamuna??? urupi hamu au ninna, burju do tong angka dongan sahutanai ro do nasida atik tung toho tahe ninna rohana, alai dung sahat nasida , dibereng ma doli doli i sai mengkel-engkel las situtu rohana idaon ( ninna rohana di bagasan : angka na oto ma antong dongan sahutakkon las boi holan na hupaoto oto, jagona i ahu ninna huhut sai martata ). Dung Sabulanna i dibege Hutai ma soarani doli doli i sai mangangguhi mandok " Tolong Huta , urupi ahu, urupi hamu au nunga ro Babiat naneng pasudahon au, Tutu do huta dang margabus au , sai ninna ibana sampe maradu marporo soarana, alai sude na sahutai dang adong be na olo ro, di na marmeammeam doi ninna rohana sip be . Hape toho situtu do ro babiati , Laos mate ma ibana di allang babiati. ai so adong be na olo ro mangurupi. Ima tahe molo sai holan na marmeam meam hata, tung tutu pe nanidoknai dang adong be na mamparhatutu i, ujung na mago ma hosana , alani unang parmeammeam hita hata, tajaga ma pangabastai, Jak 3:1-12
Selasa, 05 November 2013
Senin, 04 November 2013
KASIH DAN KESABARAN
John dan Jessica telah berumah tangga selama 7 tahun..
Mereka saling mencintai, namun Jessica sejak awal menutupi semua perasaan cintanya terhadap John..Ia begitu takut apabila John mengetahui betapa ia mencintai pria itu, John lantas meninggalkannya sebagaimana kekasih-kekasihnya selama ini..Tapi tidak bagi John.
.Ia selalu menyatakan perasaan cintanya kepada Jessica dengan tulus dan begitu terbuka..Setiap saat ketika bersama Jessica, John selalu menunjukkan cintanya yang besar, seolah-olah itulah saat akhir John bersama Jessica..
Jessica selalu bersikap tidak menyenangkan terhadap John..Setiap saat dia selalu mencoba menguji seberapa besar cinta John terhadapnya.
Jessica selalu mencoba melakukan hal-hal yang keterlaluan dan diluar batas kepada John..Meski Jessica tahu betapa hal itu sungguh salah, namun melihat sikap John yang tetap berlaku baik padanya, membuat Jessica tetap bertahan untuk melihat seberapa besar kesungguhan cinta pria yg dinikahinya itu..
Hari pertama pernikahan mereka.. Jessica bangun siang..Dia tidak sempat menyiapkan sarapan untuk John ketika John hendak berangkat kerja..Namun John tetap tersenyum dan mengatakan, "Tidak apa-apa..Nanti aku bisa sarapan di kantor.."
Saat John pulang dari kantor, Jessica tidak sengaja memasak makanan yang tidak disukai John..Meski menyadari hal itu, Jessica tetap memaksakan agar suaminya mau makan makanan itu.
.John tetap tersenyum dan berkata, " Wah..sepertinya sudah saatnya aku belajar menghadapi tantangan..Masakanmu sepertinya tantangan yang hebat, sayang.
.Aku sudah tidak sabar untuk menyantapnya." Jessica terkejut, tapi tidak mengatakan apa-apa.
Tetapi Malaikat tahu betapa malam-malam saat Jessica terlelap John memanjatkan doa, "Tuhan....Di pagi pertama pernikahan kami Jessica tidak membuatkanku sarapan. Padahal aku begitu ingin bercakap-cakap di meja makan bersamanya sambil membicarakan betapa indah hari ini, di hari pertama kami menjalani kehidupan baru sebagai suami istri.. Tapi tidak apa-apa, Tuhan..
Karena sepertinya Jessica kelelahan setelah resepsi pernikahan kami tadi malam..Bantulah kekasih hatiku ini, Tuhan agar dia boleh punya tenaga yang cukup untuk menghadapi hari baru bersamaku besok..Tuhan, Engkau tau betapa aku tidak bisa makan spaghetti karena pencernaanku yang tidak begitu baik..
Tapi sepertinya Jessica sudah bekerja keras untuk masak makanan itu..Mampukan aku untuk menghargai setiap apa yang dilakukan istriku kepadaku, Tuhan..Jangan biarkan aku menyakiti perasaannya meski itu tidak mengenakkan bagiku.."
Tahun kedua pernikahan mereka..John membangunkan Jessica pagi-pagi untuk berdoa bersama..Namun Jessica menolak dan lebih memilih melanjutkan tidurnya John tersenyum dan akhirnya berdoa seorang diri.
Sore hari sepulang kantor, John mengajak Jessica berjalan-jalan ke taman..Meski terpaksa, Jessica akhirnya mau juga ke tempat dimana dulu perasaannya begitu berbunga-bunga saat bersama John..
Tetapi Jessica menolak rangkulan John, dan berkata, "Jangan, John..Aku malu.."..John tersenyum dan berkata, "Ya, aku mengerti.." Jessica melihat kekecewaan dimata John, namun tidak melakukan apapun untuk menghilangkan kekecewaan itu..
Tetapi Malaikat tahu betapa malam-malam setelah Jessica terlelap, John memanjatkan doanya.." Tuhan..Ampuni aku yang tidak bisa membawa istriku untuk lebih dekat padaMU pagi hari ini..Mungkin tidurnya kurang karena pikirannya yang sedang berat..Tapi aku yakin, Tuhan besok Jessica mau bersama-sama denganku bercakap-cakap kepadaMu..Tuhan, Engkau juga tahu kesedihanku saat Jessica meolak kurangkul ketika ke taman hari ini.
Tapi tidak apa-apa Dia sedang datang bulan, mungkin karena itu perasaannya juga jadi lebih sensitive Mampukan aku untuk melihat suasana hati istriku, Tuhan."
Tahun ketiga pernikahan mereka. Mereka kini mempunyai seorang putera bernama Mark. Jessica menjadi tidak pernah lagi meneruskan kebiasaannya membaca bersama John sebelum tidur. Jessica semakin sering menolak ciuman John..
Jessica memarahi John habis-habisan sore itu ketika John lupa mencuci tangan saat akan menggendong Mark ketika John pulang kerja..Jessica tahu betapa hal itu membuat John terpukul..Namun idealismenya terhadap mendidik Mark membuat Jessica mengabaikan perasaan John..Dan John tetap tersenyum..
Tetapi Malaikat tahu betapa malam-malam setelah Jessica terlelap, John memanjatkan doanya.."Tuhan, Engkau tahu betapa sedih hatiku saat ini..Semenjak kelahiran Mark, aku kehilangan begitu banyak waktu bersama Jessica..Aku merindukan saat-saat kami membaca bersama sebelum tidur dan menciuminya sebelum ia tertidur..
Tapi tidak apa-apa..Dia begitu capek mengurusi Mark seharian saat aku bekerja di kantor..Hanya saja, biarkanlah dia tetap terus tertidur dalam pelukanku, Tuhan....Karena aku begitu mencintainya. Sore tadi Jessica memarahiku karena aku lupa mencuci tangan saat menggendong Mark, Tuhan.Aku begitu kangen pada anakku sehingga teledor melakukan sebagaimana yg diminta istriku..Engkau tahu betapa aku terluka akan kata-kata Jessica, Tuhan.Tapi tidak apa-apa..
Jessica mungkin hanya kuatir terhadap kesehatan anak kami Mark apabila aku langsung menggendongnya. .Kesehatan Mark lebih penting daripada harga diriku."
Tahun keempat pernikahan mereka.. Jessica tidak ingat memasak makanan kesukaan John di hari ulang tahunnya..Jessica terlalu sibuk belanja sehingga lupa bahwa John selalu minta dibuatkan Blackforest dengan taburan coklat dan ceri diatasnya setiap ulang tahunnya tiba..
Jessica juga lupa menyetrika kemeja John yang menyebabkan John terlambat ke kantor pagi itu karena John terpaksa menyetrika sendiri kemejanya..Jessica tau kesalahannya, namun tidak menganggap hal itu sebagai sesuatu hal yang penting.
Tetapi Malaikat tahu betapa malam-malam setelah Jessica terlelap, John memanjatkan doanya.."Tuhan, Untuk kali pertama Jessica lupa membuatkan Blackforest kesukaanku di hari ulang tahunku ini..Padahal aku sangat menyukai kue buatannya itu. Menikmati kue Blackforest buatannya membuatku bersyukur mempunyai istri yang pandai memasak sepertinya, dan merasakan cintanya padaku.. Namun tahun ini aku tidak mendapatinya. Tapi tidak apa-apa..mungkin lebih banyak hal-hal lain yang jauh lebih penting daripada sekedar Blackforest itu.
Paling tidak, aku masih mendapatkan senyuman dan ciuman darinya hari ini Ampuni aku, Tuhan apabila tadi pagi aku lupa tersenyum kepada Jessica..Aku terlalu sibuk menyetrika bajuku dan memikirkan pekerjaanku di kantor..Jessica sepertinya lupa untuk melakukan hal itu, meski aku sudah meminta tolong padanya tadi malam. Jangan biarkan aku melampiaskan emosiku karena dampratan atasanku akibat keterlambatanku hari ini kepada Jessica, Tuhan..
Jessica mungkin keliru menyetrika kemeja mana yang seharusnya kupakai hari ini.. Lagipula, sepatuku begitu mengkilap..Aku yakin Jessica sudah berusaha keras agar aku kelihatan menarik saat presentasiku tadi..Terima kasih untuk kebaikan istriku, Tuhan."
Tahun kelima pernikahan mereka. Jessica menampar dan menyalahkan John karena Mark sakit sepulang mereka berenang..John terlalu asyik bermain-main dengan Mark sehingga tidak menyadari betapa Mark sangat sensitive terhadap dinginnya air kolam renang, yang mengakibatkan Mark terpaksa dirawat dirumah sakit....
Jessica mengancam akan meninggalkan John apabila terjadi apa-apa dengan Mark..Jessica melihat genangan air mata di mata John, namun kekerasan hatinya lebih menguasainya ketimbang perasaan John.
Tetapi Malaikat tahu betapa saat itu John lantas menuju ke Kapel rumah sakit dan memanjatkan doanya sambil menangis.." Tuhan..Tadi Jessica menamparku karena kelalaianku menjaga Mark sehingga dia sakit..
Belum pernah Jessica bersikap dan berkata sekasar itu padaku, Tuhan..Tapi tidak apa-apa..Jessica benar-benar kuatir terhadap anak kami sehingga ia bersikap demikian..
Tapi Tuhan, aku begitu terluka saat ia mengatakan akan meninggalkanku. Engkau tahu betapa ia adalah belahan jiwaku. Jangan biarkan hal itu terjadi, Tuhan..Mungkin dia begitu dikuasai kekuatiran sehingga melampiaskannya padaku..Tidak apa-apa, Tuhan..Tidak apa-apa.
Asal dia mendapat ketenangan, aku akan merasa bersyukur sekali.. Dan sembuhkanlah putera kami, Mark agar dia boleh kembali dapat ceria dan bermain-main bersama kami lagi, Tuhan.."
Tahun keenam pernikahan mereka.. Jessica semakin menjaga jarak dengan John setelah kehadiran Rebecca, puteri mereka..Jessica tidak pernah lagi menemani John makan malam karena menjaga puteri mereka yang baru berusia 5 bulan.
Anak Yang Cacat
Anak Yang Cacat

Esok harinya telah disiapkan segalanya
untuk menyambut kedatangan putera tunggal kesayangannya, bahkan pada
malam harinya akan diadakan pesta khusus untuk dia, dimana seluruh
anggota keluarga maupun rekan-rekan bisnis dari suaminya diundang semua.
Maklumlah suaminya adalah Direktur Bank Besar yang terkenal diseluruh
ibukota.
Siang harinya si Ibu menerima telepon dari anaknya yang sudah berada di airport.
Si Anak: “Bu bolehkah saya membawa kawan baik saya?”
Ibu: “Oh sudah tentu, rumah kita besar dan kamarpun cukup banyak, bawa saja, jangan segan-segan bawalah!”
Si Anak: “Tetapi kawan saya adalah seorang cacat, karena korban perang di Vietnam.”
Ibu: “……oooh tidak jadi masalah, bolehkah saya tahu, bagian mana yang cacat?” – nada suaranya sudah agak menurun
Si Anak: “Ia kehilangan tangan kanan dan kedua kakinya!”
Si Ibu dengan nada agak terpaksa, karena
si Ibu tidak mau mengecewakan anaknya: “Asal hanya untuk beberapa hari
saja, saya kira tidak jadi masalah..”
Si Anak: “…tetapi masih ada satu hal
lagi yang harus saya ceritakan sama Ibu, kawan saya itu wajahnya juga
rusak.. begitu juga kulitnya, karena sebagian besar hangus terbakar,
maklumlah pada saat ia mau menolong kawannya ia menginjak ranjau,
sehingga bukan tangan dan kakinya saja yang hancur melainkan seluruh
wajah dan tubuhnya turut terbakar!”
Si Ibu dengan nada kecewa dan kesal:
“Nak, lain kali saja kawanmu itu diundang ke rumah kita, untuk sementara
suruh saja tinggal di hotel, kalau perlu biar ibu yang bayar nanti
biaya penginapannya..”
Si Anak: “…tetap ia adalah kawan baik saya Bu, saya tidak ingin pisah dari dia!”
Si Ibu: “Coba renungkan nak, ayah kamu
adalah seorang konglomerat yang ternama dan kita sering kedatangan tamu
para pejabat tinggi maupun orang-orang penting yang berkunjung ke rumah
kita, apalagi nanti malam kita akan mengadakan perjamuan malam bahkan
akan dihadiri oleh seorang menteri, apa kata mereka apabila mereka nanti
melihat seorang anak dengan tubuh yang cacat dan wajah yang rusak.
Bagaimana pandangan umum dan bagaimana lingkungan bisa menerima kita
nanti? Apakah tidak akan menurunkan martabat kita bahkan jangan-jangan
nanti bisa merusak citra binis usaha dari ayahmu nanti.”
Tanpa ada jawaban lebih lanjut dari anaknya telepon diputuskan dan ditutup.
Orang tua dari kedua anak tersebut
maupun para tamu menunggu hingga jauh malam ternyata anak tersebut tidak
pulang, ibunya mengira anaknya marah, karena tersinggung, disebabkan
temannya tidak boleh datang berkunjung ke rumah mereka.
Jam tiga subuh pagi, mereka mendapat
telepon dari rumah sakit, agar mereka segera datang ke sana, karena
harus mengidetifitaskan mayat dari orang yang bunuh diri. Mayat dari
seorang pemuda bekas tentara Vietnam, yang telah kehilangan tangan dan
kedua kakinya dan wajahnyapun telah rusak karena kebakar. Tadinya mereka
mengira bahwa itu adalah tubuh dari teman anaknya, tetapi kenyataannya
pemuda tersebut adalah anaknya sendiri! Untuk membela nama dan status
akhirnya mereka kehilangan putera tunggalnya!
Kita akan menilai bahwa orang tua dari
anak tersebut kejam dan hanya mementingkan nama dan status mereka saja,
tetapi bagaimana dengan diri kita sendiri? Apakah kita lain dari mereka?
Apakah Anda masih tetap mau berkawan:
……. dengan orang cacat?
……..yang bukan karena cacat tubuh saja?
……. tetapi cacat mental atau
……..cacat status atau cacat nama atau
……..cacat latar belakang kehidupannya?
Apakah Anda masih tetap mau berkawan dengan orang
…….yang jatuh miskin?
…… yang kena penyakit AIDS?
…….yang bekas pelacur?
…….yang tidak punya rumah lagi?
…….yang pemabuk?
…….yang pencandu?
…….yang berlainan agama?
Renungkanlah jawabannya hanya Anda dan
Tuhan saja yang mengetahunya. Dan yang paling penting adalah “SIKAP”
kita dalam memandang suatu hal harus kita ubah menjadi yang lebih baik
atau lebih positif. Karena dengan sikap positif secara otomatis akan
menumbuhkan sikap rendah hati, peduli terhadap orang lain dan tentunya
hal-hal lain yang lebih baik.
( Sumber : Renungan Harian.Com )
Menjadi Suci Karena Air
Sebelum wafatnya, seorang ayah yang terkenal karena
kesuciannya memanggil keempat anaknya. "Anak-anakku, aku hampir mati.
Tidak ada harta atau kepandaian luar biasa yang dapat kuwariskan kepada
kalian."
Kata anak-anaknya,
"Kami tahu ayah adalah orang yang suci. Wariskan kesucian itu kepada kami. Itu saja yang kami dambakan, kami tidak menginginkan apapun yang lain."
"Kami tahu ayah adalah orang yang suci. Wariskan kesucian itu kepada kami. Itu saja yang kami dambakan, kami tidak menginginkan apapun yang lain."
Sang ayah merasa senang dan puas, maka iapun memberikan pesan terakhir,
"Baik sekali anak-anakku. Kalian sudah mengerti harta yang paling penting dalam hidup ini. Tapi kesucian tidak dapat diwariskan. Setiap orang harus mencari dan memperjuangkannya sendiri. Lihatlah hidupku dan kalian akan tahu bagaimana kesucian itu dapat dicapai."
"Baik sekali anak-anakku. Kalian sudah mengerti harta yang paling penting dalam hidup ini. Tapi kesucian tidak dapat diwariskan. Setiap orang harus mencari dan memperjuangkannya sendiri. Lihatlah hidupku dan kalian akan tahu bagaimana kesucian itu dapat dicapai."
Setelah itu meninggallah sang ayah.
Segera setelah masa berkabung berlalu, masing-masing anak bersiap-siap pergi untuk mencari jalan menuju kesucian. Anak yang sulung pergi ke suatu gunung yang sepi. Di sana ia menghabiskan waktu untuk bertapa dan berpuasa. Ia ingat betul, bertapa itulah yang dilakukan ayahnya dahulu. Anak yang nomer dua pergi ke tempat-tempat yang jauh untuk menemui guru-guru yang bijaksana. Ia yakin ayahnya menjadi suci karena mengerti sungguh-sungguh makna kehidupan. Anak yang nomer tiga juga pergi mengembara ke tempat-tempat yang jauh, bukan untuk mencari guru-guru kebijaksanaan seperti kakaknya, tetapi untuk mengunjungi tempat-tempat suci. Ayah menjadi suci karena mendapat berkat dari tempat-tempat ini, pikirnya.
Segera setelah masa berkabung berlalu, masing-masing anak bersiap-siap pergi untuk mencari jalan menuju kesucian. Anak yang sulung pergi ke suatu gunung yang sepi. Di sana ia menghabiskan waktu untuk bertapa dan berpuasa. Ia ingat betul, bertapa itulah yang dilakukan ayahnya dahulu. Anak yang nomer dua pergi ke tempat-tempat yang jauh untuk menemui guru-guru yang bijaksana. Ia yakin ayahnya menjadi suci karena mengerti sungguh-sungguh makna kehidupan. Anak yang nomer tiga juga pergi mengembara ke tempat-tempat yang jauh, bukan untuk mencari guru-guru kebijaksanaan seperti kakaknya, tetapi untuk mengunjungi tempat-tempat suci. Ayah menjadi suci karena mendapat berkat dari tempat-tempat ini, pikirnya.
Setelah semua kakaknya pergi tinggallah anak bungsu
yang kebingungan. Ia sebenarnya juga ingin pergi mencari jalan menuju
kesucian seperti kakak-kakaknya. Namun, ia sendiri bingung untuk memilih
jalan yang mana. Semua jalan yang sekarang ini dilalui kakak-kakaknya
sudah dilewati ayahnya. Jalan manakah yang paling baik?
Selain bingung menentukan jalan mana yang harus dilalui, ia juga bingung karena tidak ada orang yang menggantikan pekerjaan ayahnya. Selama ini ayahnya mengerjakan sebidang kebun kecil di belakang rumah untuk makan seluruh keluarga. Ia harus mencari air dari tempat yang jauh karena di sekitar tempat itu memang tidak ada mata air. Dalam sehari, ia beberapa kali bolak balik memikul kantong-kantong air. Sebagian air itu digunakannya untuk mengairi ladangnya sendiri dan sebagian yang lain disisakan untuk orang-orang yang singgah. Rumah kecilnya selalu disinggahi para pejiarah atau siapapun yang kebetulan melintasi jalan di depan rumah itu. Ia selalu menyambut kedatangan mereka dengan senyum. Itulah yang dikerjakannya setiap hari, dan entah mengapa orang-orang menganggapnya sebagai orang suci.
Selain bingung menentukan jalan mana yang harus dilalui, ia juga bingung karena tidak ada orang yang menggantikan pekerjaan ayahnya. Selama ini ayahnya mengerjakan sebidang kebun kecil di belakang rumah untuk makan seluruh keluarga. Ia harus mencari air dari tempat yang jauh karena di sekitar tempat itu memang tidak ada mata air. Dalam sehari, ia beberapa kali bolak balik memikul kantong-kantong air. Sebagian air itu digunakannya untuk mengairi ladangnya sendiri dan sebagian yang lain disisakan untuk orang-orang yang singgah. Rumah kecilnya selalu disinggahi para pejiarah atau siapapun yang kebetulan melintasi jalan di depan rumah itu. Ia selalu menyambut kedatangan mereka dengan senyum. Itulah yang dikerjakannya setiap hari, dan entah mengapa orang-orang menganggapnya sebagai orang suci.
Setelah orang suci itu wafat ternyata
orang-orang tetap singgah di rumah itu. Karena tidak ada orang lain,
terpaksa si bungsu melakukan pekerjaan ayahnya. Mula-mula, ia
mengerjakannya dengan terpaksa dan menggerutu. Mengapa aku harus
melakukan hal remeh seperti ini sementara kakak-kakaknya mungkin sudah
maju dalam kesucian mereka. Ia sama sekali tidak mengerti mengapa
sebagai orang suci dulu ayahnya mau repot-repot menjadi pencari air.
Bukankah duduk berdoa dan memberi wejangan lebih cocok untuk seorang
suci?
Entah mengapa lama kelamaan si bungsu akhirnya menemukan kegembiraan yang ajaib. Orang-orang yang kehausan setelah melakukan perjalanan di tengah padang selalu keluar dari rumahnya dengan wajah ceria. Air yang disediakannya ternyata membuat mereka kembali hidup dan bersemangat. Mereka tidak pernah memberikan apapun sebagai imbalan air minum itu, sudah sejak dahulu ayahnya memang menyediakan air secara cuma-cuma. Namun kegembiraan mereka sudah memberikan upah yang tidak terkira bagi jiwanya.
Hari berganti bulan dan tahun, si bungsu terus mengerjakan pekerjaan remeh itu. Kadang-kadang muncul keinginan untuk menyusul salah seorang kakaknya. Namun, akhirnya ia malah lupa untuk mencari jalan menuju kesucian.
Entah mengapa lama kelamaan si bungsu akhirnya menemukan kegembiraan yang ajaib. Orang-orang yang kehausan setelah melakukan perjalanan di tengah padang selalu keluar dari rumahnya dengan wajah ceria. Air yang disediakannya ternyata membuat mereka kembali hidup dan bersemangat. Mereka tidak pernah memberikan apapun sebagai imbalan air minum itu, sudah sejak dahulu ayahnya memang menyediakan air secara cuma-cuma. Namun kegembiraan mereka sudah memberikan upah yang tidak terkira bagi jiwanya.
Hari berganti bulan dan tahun, si bungsu terus mengerjakan pekerjaan remeh itu. Kadang-kadang muncul keinginan untuk menyusul salah seorang kakaknya. Namun, akhirnya ia malah lupa untuk mencari jalan menuju kesucian.
Ketika keempat anak itu meninggal,
mereka berharap dapat cepat berkumpul bersama sang ayah di sorga.
Sebelum masuk sorga ternyata mereka harus menunggu di api pencucian
dahulu. Setelah beberapa saat menunggu, si bungsulah yang pertama
dipanggil untuk masuk sorga. Kakak-kakaknya sudah menjadi pertapa yang
disegani, dan orang bijaksana, dan pejiarah yang masyur. Mengapa bukan
mereka yang dipanggil dahulu. Sedangkan ia hanya orang yang menyediakan
air saja?
Sabtu, 02 November 2013
Kisah Sebuah Kesetiaan
Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai
hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab
dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab
dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan
tuanmu. Matius 25:23
Cerita kesetiaan seekor anjing pada tuannya seringkali menyentuh hati. Di Jepang ada legenda seekor anjing yang setia menemani tuannya, Prof. Dr. Elisaburo Ueno, guru besar di Universitas Tokyo. Awalnya, Hachiko, anjing itu diajak mengantar dan menjemput tuannya di sebuah stasiun kereta api. Setiap hari, Hachiko selalu menunggu dengan setia kedatangan profesor. Suatu saat, tahun 1925, sang profesor tidak muncul di stasiun kereta karena meninggal di tempat mengajar. Namun Hachiko, dengan kesetiaan luar biasa tetap menanti hingga tengah malam. Keesokannya, lusa, dan bahkan dikisahkan seterusnya selama 10 tahun, ia terus menunggu. Suatu saat, Hachiko tertabrak dan mati seketika. Kisah ini sangat mengharukan masyarakat Jepang sehingga mereka mengabadikannya dengan mendirikan patung anjing.
Pelajaran apa yang dapat kita ambil dari kisah ini? Matius 25:23 adalah gambaran kerinduan Allah akan kesetiaan anak-anak-Nya. Kesetiaan yang bukan didasari oleh motivasi yang salah misalnya ingin berkat, tetapi murni karena mengasihi Allah. Allah tidak mengidentifikasikan hamba yang setia sebagai orang serba bisa dalam pekerjaannya, tapi lebih kepada kesetiaan atau ketekunan seorang hamba dalam melayani karena kasih. Sudahkah anda setia atas apa yang Allah percayakan kepada anda dengan alasan yang benar? Setialah pada hal kecil agar dipercaya Allah untuk perkara yang besar.
Cerita kesetiaan seekor anjing pada tuannya seringkali menyentuh hati. Di Jepang ada legenda seekor anjing yang setia menemani tuannya, Prof. Dr. Elisaburo Ueno, guru besar di Universitas Tokyo. Awalnya, Hachiko, anjing itu diajak mengantar dan menjemput tuannya di sebuah stasiun kereta api. Setiap hari, Hachiko selalu menunggu dengan setia kedatangan profesor. Suatu saat, tahun 1925, sang profesor tidak muncul di stasiun kereta karena meninggal di tempat mengajar. Namun Hachiko, dengan kesetiaan luar biasa tetap menanti hingga tengah malam. Keesokannya, lusa, dan bahkan dikisahkan seterusnya selama 10 tahun, ia terus menunggu. Suatu saat, Hachiko tertabrak dan mati seketika. Kisah ini sangat mengharukan masyarakat Jepang sehingga mereka mengabadikannya dengan mendirikan patung anjing.
Pelajaran apa yang dapat kita ambil dari kisah ini? Matius 25:23 adalah gambaran kerinduan Allah akan kesetiaan anak-anak-Nya. Kesetiaan yang bukan didasari oleh motivasi yang salah misalnya ingin berkat, tetapi murni karena mengasihi Allah. Allah tidak mengidentifikasikan hamba yang setia sebagai orang serba bisa dalam pekerjaannya, tapi lebih kepada kesetiaan atau ketekunan seorang hamba dalam melayani karena kasih. Sudahkah anda setia atas apa yang Allah percayakan kepada anda dengan alasan yang benar? Setialah pada hal kecil agar dipercaya Allah untuk perkara yang besar.
KISAH DUA GELAS
Kisah Dua Gelas |
Kategori : Pergumulan |
|
![]()
Aku sebuah gelas yang mewah dengan ukiran motif yang elegan.
Orang-orang yang ingin memilikiku harus rela menukarku dengan nominal uang yang cukup besar.
Betapa senangnya menjadi sepertiku, yah itulah pikiran yang terlintas saat itu.
Sampai suatu saat aku dibawa oleh seorang wanita cantik yang terkenal.
Kemudian ia meletakkanku di dalam sebuah bufet kaca yang indah, aku
berpikir itu adalah tempat terindah dan layak untuk gelas sepertiku.
Aku berada di istanaku -begitu aku menyebut bufet kaca itu- selama beberapa tahun.
Tahun-tahun pertama aku merasa bagaikan berada di atas angin, setiap
rekanan bisnis maupun kerabat-kerabat dekat sang wanita yang datang
berkunjung selalu memujiku.
Tahun berikutnya mulai terasa membosankan. Aku sering melihat
gelas-gelas lain –yang menurutku tidak seindah aku- dipakai untuk mejamu
tamu. Mereka diisi dengan berbagai jenis minuman yang panas maupun
dingin. Aku berpikir untuk tidak mau seperti mereka, pasti tubuhku akan
rusak, aku akan bahagia selamanya berada di sini.
Dan di tahun-tahun berikutnya aku benar-benar merasa ada yang kurang.
Aku merasa kosong, aku tidak lagi gembira ketika mendapat pujian dan
tatapan kagum. Aku juga tidak tahu mengapa aku merasa demikian.
Sampai suatu saat ada seseorang yang mengeluarkan aku dari istanaku, dia
membawaku ke sebuah tempat yang akhirnya aku ketahui adalah dapur.
Kemudian aku diletakkan di atas meja makan dan aku dikejutkan ketika aku
menoleh untuk melihat sekeliling oleh sebuah gelas lain di sebelahku.
Aku melihat ngeri padanya, bagaimana tidak, tubuhnya penuh dengan
goresan dan warna yang memudar. Dengan hati-hati aku bertanya padanya
mengenai kondisinya. Dan ia menjawab dengan lembut.
"Nak, dulu aku sepertimu, yah tentunya tidak seindah dirimu" ia
tersenyum lalu melanjutkan ceritanya. "Aku hanya gelas biasa dengan
ukiran sederhana yang dipajang di bagian belakang toko yang menjualku.
Aku merasa sedih dan mengeluh pada penciptaku kenapa ia membuat diriku
hanya seperti ini, dan aku menganggap diriku hanya sebuah karya yang
gagal karena tidak ada yang mau memilihku".
"Sampai suatu hari sang wanita pemilik kita ini, menggenggamku dan
membawaku dengan senyuman di wajahnya. Saat itu aku merasa semua
pemikiranku salah. Betapa gembiranya aku, dan aku berpikir bahwa wanita
ini akan menjadikanku hiasan di rumahnya. Namun, kenyataan membuat aku
kecewa, aku tidak diletakkan di dalam buffet kaca tempatmu berada dan
malahan dimasukkan ke dalam ruangan kerjanya"
"Kau tahu nak, terkadang aku merasa sakit ketika air panas mengisi
tubuhku. Aku menggigil ketika bongkahan es batu menimpaku. Aku harus
mencium berbagai aroma minuman seperti teh, kopi, dan masih banyak lagi
yang bercampur aduk membuatku mual"
"Bahkan aku hampir histeris ketika menemukan tubuhku penuh dengan
noda-noda yang tidak dapat hilang meskipun sudah digosok berkali-kali
–dan saat dibersihkan itu menjadi saat menyakitkan bagiku, itulah saat
dimana tubuhku harus bersentuhan dengan alat pembersih yang terkadang
tajam, entah manusia membuatnya dari apa-"
Lalu ia melanjutkan, sementara pikiranku perlahan-lahan dibuka dengan hal-hal baru.
"Sering aku merasa kesepian nak, setelah dibersihkan aku diletakkan
kembali di tempatku –di atas meja kerja sang wanita- yang setiap hari
pula aku tinggal di dalam gelapnya ruangan itu. Aku merasa iri dengan
gelas-gelas sepertimu yang tidak harus mengalami semua ini"
"Tahun awal begitu menyiksa tetapi seiring waktu berlalu aku terbiasa
dengan semuanya, bahkan aku menemukan sebuah hal yang tidak akan pernah
aku sesali yaitu rasa puas dan sukacita yang besar ketika sang wanita
dapat menikmati minumannya melalui aku –gelas yang sederhana ini- dan di
saat itu aku ingin sekali mengucapkan terima kasih pada penciptaku
karena telah menghasilkan karya yang tidak gagal dan berhasil memenuhi
tujuan penciptaku"
Ketika ia mengakhiri kalimatnya, aku menangis sejadi-jadinya. Menangis
karena sadar betapa sombongnya aku. Menangis karena menemukan alasan
mengapa aku merasa hampa, dan menyadari sesungguhnya aku diciptakan
bukan sebagai gelas hiasan melainkan gelas biasa –hanya dengan ukiran
yang indah- yang dilengkapi dengan tujuan dari mulanya untuk membantu
manusia memuaskan dahaganya.
PS :
Sahabat proses pembentukkan dari Tuhan memang terkadang menyakitkan,
terutama saat Dia mengikis keinginan ego kita. Namun, ketika dengan iman
kita tetap taat dan setia melangkah bersamaNya, perlahan Tuhan akan
menyadarkan kita bahwa jalan yang kita sedang lewati adalah jalan menuju
penggenapan tujuanNya untuk hidup saya dan anda.
|
Sumber : HTcom |
ILUSTRASI KEHIDUPAN
Seorang
anak mengeluh pada ayahnya, mengenai kehidupanya dan menanyakan mengapa
hidup ini terasa berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya
dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertiya setiap
kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.
Ayahnya,
seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan
menaruhnya di atas api. Setelah panci-panci tersebut mendidih. Ia
menaruh wortel dalam panci pertama, telur di panci kedua, dan ia menaruh
kopi bubuk di panci terakhir.Ia membiarkan mendidih tanpa berkata-kata.
Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang
sedang dikerjakan sang ayah.
Setelah
20 menit, sang ayah mematikan api.Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya
dimangkuk, mengangkat telur dan meletakannya di mangkuk yang lain, dan
mengangkat kopi dimangkuk yang lainnya. Lalu ia bertanya kepada anaknya,
"Apa yang kamu lihat, nak?""Wortel, telur, dan kopi," jawab si anak.
Ayahnya
mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia
melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu
memintanya mengambil telur dan memecahkanya.Setelah membuang kulitnya,
ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras.Terakhir, ayahnya
memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi
dengan aromanya yang khas.Setelah itu anak bertanya, "Apa arti semua
ini, ayah? "Ayahmu menerangkan bahwa ketiganya telah mengahadapi
'kesulitan' yang sama, melalui proses perebusan, tetapi masing-masing
menunjukan reaksi yang berbeda.
Wortel
sebelum di rebus kuat, keras, dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah di
rebus, wortel menjadi lembut dan lunak. Telur sebelumnya mudah pecah.
Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah
direbus, isinya menjadi keras. Bubuk kopi mengalami perubahan unik.
Setelah berada didalam rebusan air, bubuk kopi merubah air
tersebut."Kamu termasuk yang mana?." Tanya ayahnya.
"Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya?
Apakah
kamu wortel, telur atau kopi? Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah
wortel yang kelihatanya keras, tapi dengan penderitaan, dan kesulitan
kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.
Apakah
kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati yang lembut dan dengan
jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati,
perceraian, pemecatan maka hatimu menjadi keras dan kaku. Dari luar
kelihatan sama tak berubah, tetapi apakah di dalam diri kamu menjadi
pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku.
Ataukah kamu adalah kopi ?
Bubuk
kopi merubah air panas, sesuatu yang sangat menyakitkan, untuk mencapai
rasa yang maksimal pada suhu 100 derajat celcius. Ketika air mencapai
suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat."
"Jika
kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu
akan menjadi semakin baik dan sekaligus membuat keadaan di sekitarmu
juga membaik.
Sumber Source : Kisah-kisah Inspiratif
Langganan:
Postingan (Atom)