Sabtu, 07 Desember 2013

Barita Mardongan Poda " Rahasia Ibu yang buruk rupa

Rahasia Ibu yang Buruk Rupa
Di sebuah kota hiduplah seorang gadis remaja yang sangat cantik rupanya. Ia dijuluki “bunga mawar sekolah” oleh teman-temannya. Tentu saja ia sangat bangga akan keadaan dirinya itu.

Walaupun demikian, ada satu hal yang sangat merisaukan hatinya. Ia memiliki seorang ibu yang sangat buruk rupanya. Ia merasa sangat malu memiliki ibu yang demikian. Karena itu, ia tidak mau berjalan bersama ibunya. Ia juga tidak mau mengakuinya sebagai ibunya. Di hadapan teman-temannya ia mengatakan bahwa itu bukanlah ibunya, melainkan pembantu rumahnya.

Melihat sikap dan perbuatan anaknya, sang ibu tentu saja merasa sangat sedih. Walaupun demikian, ia berusaha untuk berlaku sabar. Ia menahan agar tidak menangis dan mengeluarkan air matanya di hadapan anaknya. Hal itu dilakukannya karena dia begitu mengasihi anaknya.

Pada suatu hari sang ibu menderita penyakit yang sangat parah. Ia merasa bahwa hidupnya tak akanlama lagi di dunia ini. Karena itu, ia memanggil anaknya dan berkata: “Anakku, ada sebuah rahasia yang ingin ibu beritahukan kepadamu. Tahukah engkau, mengapa wajah ibu sedemikian buruk?”

Gadis remaja itupun menjadi tertarik mendengar perkataan ibunya itu. Ia pun menjawab: “Tidak. Mengapa wajah ibu sedemikian buruk?”

Sang ibu pun melanjutkan perkataannya: “Dahulu wajah ibu sama seperti engkau cantiknya. Ketika engkau masih bayi, ayahmu meninggal dunia karena sakit keras. Karena itu, untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, ibu harus bekerja dan meninggalkan engkau di rumah bersama seorang pembantu. Akan tetapi, malapetaka datang. Ketika ibu masih berada di tempat kerja, ibu mendengar bahwa rumah kita kebakaran. Ibu pun segera meninggalkan pekerjaan dan berlari pulang. Setibanya di rumah, ibu melihat api berkobar-kobar sedemikian hebatnya. Dengan menangis pembantu yang menjagamu mengatakan bahwa engkau masih berada di dalam.

Mendengar hal itu, tanpa pikir panjang lagi ibu segera menerjang kobaran api itu untuk menyelamatkanmu. Ibu berjuang dengan susah-payah dan berhasil menyelamatkanmu, tetapi wajah ibu menjadi rusak karena terbakar.”
Setelah mendengar cerita ibunya itu, gadis remaja itupun mulai menitikkan air matanya. Ia merasa sangat menyesal karena selama ini telah berlaku buruk terhadap ibunya. Dengan terisak-isak ia berkata kepada ibunya: “Ibu, maafkan aku! Maafkan aku yang telah berlaku buruk terhadapmu. Mulai sekarang aku tak akan merasa malu memiliki engkau sebagai ibuku. Sekalipun wajah ibu buruk, tetapi di mataku ibu adalah wanita tercantik dan teragung.”

Karena kasih-Nya yang sedemikian besar pada kita, umat-Nya yang berdosa, Yesus rela melepaskan segala kemuliaan sorgawi yang dimiliki-Nya. Dia merendahkan diri-Nya, turun ke dunia, menjelma menjadi manusia, dan mengalami berbagai penderitaan sampai akhirnya harus mati secara terhina diatas kayu salib (bd. Flp 2:6-8). Ya, Dia yang adalah Allah mulia telah mati secara terhina di atas kayu salib demi menyelamatkan kita dari hukuman kekal. Kenyataan ini telah menjadi bahan cemooh dan olok-olok dari orang-orang yang tidak percaya.
Pertanyaannya sekarang: Haruskah kita merasa malu karena kenyataan tersebut? Haruskah kita berkecil hati karena cemooh dan olok-olok dari orang-orang tak percaya itu?

Tidak! Sebaliknya, kita patut bangga memiliki Allah yang sedemikian mengasihi kita. Tak ada Allah lain yang memiliki kasih yang sedemikian besar dan nyata atas umat-Nya. Tak ada Allah lain yang rela melepaskan kemuliaan-Nya demi menyelamatkan umat-Nya dari kebinasaan kekal. Akan tetapi, Allah kita telah melakukan semua itu!
Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah. (1 Kor 1:18)

Jadi, janganlah kita merasa malu. Sebaliknya, marilah kita terus memberitakan Injil Yesus Kristusdengan penuh keberanian dan rasa bangga, karena Allah yang kita sembah di dalam Yesus Kristus adalah Allah yang memiliki kasih yang nyata. Salib Kristus adalah buktinya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar